Terjangkitnya seseorang oleh penyakit diare bisa melalui air yang tidak di proses secara benar atau disimpan ditempat yang kurang bersih, tanah yang sudah tercemari sampah atau kotoran manusia/hewan, lalat maupun makanan yang sudah tercemar. Untuk memutus transmisinya bisa dilakukan berbagai upaya antara lain melakukan pengolahan dan penyimpanan air dengan benar, membersihkan dan menutup makanan, mencuci tangan dengan menggunakan sabun. WC tradisional dan leher angsa juga merupakan salah satu media yang bisa memutus transmisi e-coli.
Grafik di atas menunjukkan bahwa sanitasi yang baik di tempat-tempat pembuangan kotoran/BAB dan juga prilaku masyarakat dalam mencuci tangan menggunakan sabun terbukti paling efektif dalam pemutusan transmisi diare.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis3TAAd0A4xvwtnu8hVQK5nLJH_50KiwGCYtU8A6-ydzdK3UK4mCkQzbELxelQUNkkhqgYWpR8amkK9DrcVG077VojL4rg89JWviNa51M20JeTEp6xnsWAktpDJpKbLonP5J8iWqSu6So/s320/modol.jpg)
E. Patofisiologi
Penyebab diare yang utama adalah gangguan osmotik, akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh usus akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan kemudian diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Diare dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Gangguan motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
F. Masa Inkubasi
Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau yang disebut masa inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Shigella misalnya, memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa inkubasi virus berkisar antara 4 sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya memiliki masa inkubasi yang lebih panjang, seperti Giardia misalanya, memiliki masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3PcuMpXcPv99YH3R9Zc0zTzNMISg8wD8t8eK3Wp-e2h-ADz2qGlkQaCpPNSwYZtY8gkaqF1S5cbXrBVly9AEXwMosROCoPHZpXtOPMXg35JtcanzLniGgJ9ekkxnUgZ_Au13ND97-zck/s320/bagan.jpg)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
H. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa. Pada dasarnya, rehidrasi dilakukan berdasarkan derajat dehidrasinya dengan ketentuan pemberian sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml/kgBB selanjutnya 125 ml/kgBB/hari
b. Dehidrasi sedang :1 jam pertama 50-100 ml/kgBB selanjutnya 125 ml/kgBB/hari
c. Dehidrasi berat : Dapat dilihat pada rincian berikut ini
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl - 2 tahun berat badan 3 - 10 kg
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
c. Terapi Definitif (Obat-obatan)
Pada infeksi saluran cerna pencegahan sangat penting. Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain. Hiegiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunitas melalui vaksinasi memegang peran. Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi :
1. Kolera elthor
Tetrasiklin 4x500 mg/hari selama 3 hari atau Kortimoksazol dosis awal 2x3 tablet, kemudian 2x2 tablet selama 6 hari atau Kloramfenikol 4x500 mg/hari selama 7 hari
2. E.Coli
Tidak memerlukan terapi
3. Salmonellosis
Ampisilin 4x1 g/hari atau Kortimoksazol 2x2 tablet masing-masing selama 10-14 hari atau gol.quinolone seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari
4. Candidiasis
Mycostatin 3x500.000 unit selama 10 hari
DAFTAR PUSTAKA
Penyebab diare yang utama adalah gangguan osmotik, akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh usus akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan kemudian diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Diare dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Gangguan motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
F. Masa Inkubasi
Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau yang disebut masa inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Shigella misalnya, memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa inkubasi virus berkisar antara 4 sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya memiliki masa inkubasi yang lebih panjang, seperti Giardia misalanya, memiliki masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3PcuMpXcPv99YH3R9Zc0zTzNMISg8wD8t8eK3Wp-e2h-ADz2qGlkQaCpPNSwYZtY8gkaqF1S5cbXrBVly9AEXwMosROCoPHZpXtOPMXg35JtcanzLniGgJ9ekkxnUgZ_Au13ND97-zck/s320/bagan.jpg)
Gambar 3. Bagan terjadinya diare (sumber: setyowati dan Nurhaeni, 2001)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
H. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa. Pada dasarnya, rehidrasi dilakukan berdasarkan derajat dehidrasinya dengan ketentuan pemberian sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml/kgBB selanjutnya 125 ml/kgBB/hari
b. Dehidrasi sedang :1 jam pertama 50-100 ml/kgBB selanjutnya 125 ml/kgBB/hari
c. Dehidrasi berat : Dapat dilihat pada rincian berikut ini
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl - 2 tahun berat badan 3 - 10 kg
- 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit = 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml = 15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
- 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit = 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml = 15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
- 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml = 15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
- 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml = 15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
- 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml = 15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
- 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
- Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt = 20 tts).
- Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Terapi Definitif (Obat-obatan)
Pada infeksi saluran cerna pencegahan sangat penting. Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain. Hiegiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunitas melalui vaksinasi memegang peran. Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi :
1. Kolera elthor
Tetrasiklin 4x500 mg/hari selama 3 hari atau Kortimoksazol dosis awal 2x3 tablet, kemudian 2x2 tablet selama 6 hari atau Kloramfenikol 4x500 mg/hari selama 7 hari
2. E.Coli
Tidak memerlukan terapi
3. Salmonellosis
Ampisilin 4x1 g/hari atau Kortimoksazol 2x2 tablet masing-masing selama 10-14 hari atau gol.quinolone seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari
4. Candidiasis
Mycostatin 3x500.000 unit selama 10 hari
DAFTAR PUSTAKA
- Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi. Surabaya: RSUD Dr. Soetomo.
- Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
- Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. Jakarta: EGC
- Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
- Suryanah, 2000. Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
- Doengoes, 2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. Jakarta: EGC.
- Hidayat, A.Aziz Alimul.2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
- Tietjen, Linda,dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta: YBP-SP
- Noer, Sjaifoellah.1996. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
- http://www.dinkeskabtangerang.go.id/index.php
- www.medem.com/medlib/article
0 komentar:
Posting Komentar