rss

19 Agustus 2009

FAKTA DAN DATA REMAJA KITA

1. FAKTA

1.1 Seks remaja

Secara nasional, lebih dari separuh remaja puteri perawan sampai usia 17 tahun. Di Amerika, 7 dari 10 wanita yang melakukan hubungan seksual sebelum berusia 14 tahun, dan 6 dari 10 wanita yang berhubungan seksual sebelum berusia 15 tahun, mengaku melakukan seks pertama kali karena dipaksa.

Secara nasional, 25% dari seluruh remaja puteri berusia 15 tahun dan kurang dari 30% remaja putera berusia 15 tahun mengaku telah berhubungan seks, dibandingkan dengan 66% remaja puteri berusia 18 year, dan 68% remaja putera berusia 18 tahun yang mengaku telah mengalami sexual intercourse.


1.2 Statistik kehamilan remaja

Secara nasional, hampir 1 juta remaja putri di bawah usia 20 tahun hamil setiap tahun. Itu artinya ada hampir 2800 orang remaja putri hamil setiap harinya. Sekitar 4 dari 10 orang remaja putri di Amerika hamil paling sedikit sekali sebelum berusia 20 tahun. Setiap tahun, para pembayar pajak di Amerika harus menanggung biaya sebesar hampir 7 milliar dolar untuk mendanai kehidupan remaja yang sudah punya anak.

1.3 Statistik pemerkosaan remaja

Remaja (berusia antara 16-19 tahun) 3,5 kali lebih sering jadi korban perkosaan, usaha perkosaan, atau serangan seksual dibandingkan penduduk lain pada umumnya. Menurut Departemen Kehakiman Amerika Serikat, 1 dari 2 korban perkosaan berusia di bawah 18 tahun, dan 1 dari 6 korban perkosaan berusia di bawah 12 tahun. Sementara 9 dari 10 korban perkosaaan adalah wanita, pria dan remaja laki-laki juga menjadi korban kejahatan ini. Pada tahun 1995, sebanyak 32.130 pria berusia 12 keatas telah menjadi korban perkosaan, usaha perkosaan, atau serangan seksual.


1.4 Dampak pornografi

1.4.1 Penyakit seksual menular di kalangan remaja

Di Amerika Serikat, 1 dari 4 remaja yang aktif secara seksual terinfeksi penyakit seksual menular setiap tahunnya. Beberapa penyakit seksual menular yang terbanyak adalah chlamydia, gonorrhea (raja singa), genital warts (juga disebut HPV - human papillomavirus), dan herpes.

1.4.2 Statistik pornografi dan ketagihan seks

Di kalangan remaja yang ketagihan seks, usia rata-rata saat mereka pertama kali bersentuhan dengan pornografi (majalah, internet, dll.) adalah 11 tahun. Efek pornografi terhadap para ayah. Penelitian dan analisis membuktikan, bahwa para pria yang "membeli barang-barang pornografi" adalah mereka yang rendah kepuasannya atas perkawinan, keluarga, dan atas perannya sebagai ayah dibandingkan dengan mereka yang tidak membeli barang-barang sejenis itu.

1.4.3 Pornografi dan serangan seksual

Riset yang dikumpulkan dalam beberapa puluh lahun terakhir menunjukkan, bahwa pornografi mendorong kekerasan seksual, termasuk perkosaan dan pelampiasan seksual terhadap anak-anak. (Pornography Victims Compensation Act of 1992, U.S. Senate Comm. on the Judiciary) Para pelampias seks terhadap anak sering menggunakan pornografi untuk merangsang korbannya, untuk mengurangi perlawanan, dan juga sebagai petunjuk untuk langkah seksual selanjutnya.

1.4.4 Efek pornografi pada hubungan seksual

Pornografi merusak perkembangan kepribadian yang alami. jika stimulus (pendorong) awal adalah foto-foto porno, remaja akan terkondisikan untuk terangsang dengan foto-foto. jika ini terjadi beberapa kali, besar kemungkinan akan menjadi permanen. Akibatnya, remaja tersebut akan tumbuh menjadi orang yang susah membangun hubungan yang normal dengan lawan jenis yang normal, tanpa pengaruh foto-foto porno.

2. DATA

Beberapa data mengenai pornoaksi dan pornagrafi:
  1. Data kekerasan seksual yang menimpa anak-anak (usia di bawah 18 tahun) yang dihimpun oleh Pusat Krisis Terpadu untuk Perempuan dan Anak di RSCM dari Juni 2000 hingga Juni 2005 menunjukkan, kasus kekerasan seksual terhadap anak perempuan mencapai 1200 kasus dan pencabulan anak laki-laki sebanyak 68 kasus. Korban umumnya dibawah usia 16 tahun, dan pada umumya dimulai ketika anak masih sangat kecil dan belum mengerti perilaku seksual.
  2. Data dari Survei Yayasan Kita dan Buah Hati tahun 2005 menunjukkan bahwa lebih dari 80 % anak berusia 9-12 tahun di Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi telah mengakses materi pornografi, 25 % melalui hand phone, 20 % dari situs porno di internet, 12 % dari majalah , 12 % dari film/ VCD/ DVD. Remaja usia 19-24 tahun lebih parah lagi, 97 % (artinya hampir semua) remaja pernah mengakses situs porno.
  3. Anak-anak Indonesia kini telah dijadikan sebagai model gambar-gambar porno yang bereder di situs-situs internet atau website. Bahkan, menurut hasil survei dari Top Ten Review pada tahun 2006, anak Indonesia ditengarai merupakan jumlah terbesar yang dijadikan model pada situs tersebut. ‘Dari 4,2 juta situs porno, 100 ribu diantaranya berupa situs yang menampilkan anak-anak sebagai objek seksual, dan yang terbanyak adalah anak-anak Indonesia,’ kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Masnah Sari, usai sosialisasi Undang-Undang (UU) Perlindungan Anak di Graha Bhumi Phala, Kantor Setda Temanggung, Rabu (9/4).
  4. Di Indonesia pada tahun 1999 terjadi 2 juta aborsi, 750.00 diantaranya terjadi pada pasangan yang belum menikah. Wajar, karena Penelitian BKKBN di enam kota di Jawa Barat tahun 2002 menyebutkan: 39,65% (artinya 4 dari 10) remaja pernah berhubungan seks sebelum nikah. (Lihat Sejarah Erotisme & Seks Bebas, Umar Abdullah, Bogor : elMoesa Production, 2006).
  5. Buletin al-Islam Edisi 315 Setiap hari berbagai media (cetak maupun elektronik) selalu menyajikan berita tentang berbagai kasus yang mendera anak-anak kita. Pelecehan seksual, penculikan, penyiksaan, pembunuhan (bahkan sejak usia sangat dini dengan aborsi), perdagangan anak, anak-anak yang terbelakang karena kurang gizi, anak-anak putus sekolah, hingga kriminalitas anak
  6. Ancaman Televisi Sekitar 60 juta anak Indonesia menonton TV selama berjam-jam hampir sepanjang hari. Berdasarkan penelitian Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) tahun 2002, di Jakarta, misalnya, anak-anak menghabiskan sekitar 30-35 jam di depan pesawat TV selama seminggu atau 1560-1820 jam pertahun. Angka itu bahkan jauh lebih besar daripada jam belajar anak di Sekolah Dasar (SD) yang tidak sampai 1.000 jam setahun. Sementara apa yang mereka tonton daiantaranya tayangan yang menampilkan ketelanjangan dan ataupun yang mengesankan ketelanjangan.
  7. Meningkatnya jumlah masyarakat yang terkena penyakit yang mematikan di Indonesia. Diperkirakan 30 ribu orang terjangkit HIV/AIDS.
  8. BBC dan CNN pada 2001 juga pernah melaporkan, Indonesia dan Rusia merupakan pemasok terbesar materi pornografi anak, di mana anak-anak ditampilkan dalam adegan-adegan seksual. (Republika, 21/5/06).
  9. Sekitar 100.000 wanita dan anak-anak diperdagangkan setiap tahunnya, di antaranya untuk bisnis seks. Indonesia bersama 22 negara lainnya dipandang sebagai sumber perdagangan manusia, baik untuk kepentingan dalam negeri maupun mancanegara. Salah satu tujuan perdagangan manusia adalah memasukkan perempuan dalam industri prostitusi
  10. Aborsi di Indonesia terjadi sebanyak 2,2 juta setahunnya. Maknanya setiap 15 detik seorang calon bayi di suatu tempat di negeri ini meninggal
  11. Ancaman Pornografi dan Seks Bebas berdasarkan data Yayasan Kita dan Buah Hati pernah melakukan survei sepanjang tahun 2005 di antara kalangan anak-anak SD, usia 9-12 tahun. Respondennya 1.705 anak di Jabodetabek, ternyata 80 persen dari anak-anak itu sudah mengakses materi pornografi dari bermacam-macam sumber: komik-komik, VCD/DVD, dan situs-situs porno. Di Indonesia, komik-komik porno harganya cuma Rp 2.000-Rp 3.000, sementara VCD porno bisa Rp 10.000 dua keping. Itu bisa dibeli di stasiun kereta, di depan sekolah, di depan kantor polisi, bisa di mana saja. .


DAFTAR PUSTAKA

BKKBN - Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BKKBN - Rubrik
STATISTIC by Famili Safe Media
http://www.familysafemedia.com/porno...statistics.html)

Selengkapnya...

15 Agustus 2009

DIARE Bag 2

D. Pencegahan

Terjangkitnya seseorang oleh penyakit diare bisa melalui air yang tidak di proses secara benar atau disimpan ditempat yang kurang bersih, tanah yang sudah tercemari sampah atau kotoran manusia/hewan, lalat maupun makanan yang sudah tercemar. Untuk memutus transmisinya bisa dilakukan berbagai upaya antara lain melakukan pengolahan dan penyimpanan air dengan benar, membersihkan dan menutup makanan, mencuci tangan dengan menggunakan sabun. WC tradisional dan leher angsa juga merupakan salah satu media yang bisa memutus transmisi e-coli.

Gambar 2. siklus penyebab diare dan pencegahannya.

Grafik di atas menunjukkan bahwa sanitasi yang baik di tempat-tempat pembuangan kotoran/BAB dan juga prilaku masyarakat dalam mencuci tangan menggunakan sabun terbukti paling efektif dalam pemutusan transmisi diare.



E. Patofisiologi
Penyebab diare yang utama adalah gangguan osmotik, akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh usus akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan kemudian diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Diare dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Gangguan motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

F. Masa Inkubasi
Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau yang disebut masa inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Shigella misalnya, memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa inkubasi virus berkisar antara 4 sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya memiliki masa inkubasi yang lebih panjang, seperti Giardia misalanya, memiliki masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu


Gambar 3. Bagan terjadinya diare (sumber: setyowati dan Nurhaeni, 2001)

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

H. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.

1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa. Pada dasarnya, rehidrasi dilakukan berdasarkan derajat dehidrasinya dengan ketentuan pemberian sebagai berikut :

a. Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml/kgBB selanjutnya 125 ml/kgBB/hari
b. Dehidrasi sedang :1 jam pertama 50-100 ml/kgBB selanjutnya 125 ml/kgBB/hari
c. Dehidrasi berat : Dapat dilihat pada rincian berikut ini


2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:

- Untuk anak umur 1 bl - 2 tahun berat badan 3 - 10 kg

  • 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit = 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml = 15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
  • 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit = 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml = 15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
  • 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
  • 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml = 15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
  • 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml = 15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
  • 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml = 15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
  • 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
  • Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
  • Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt = 20 tts).
-Untuk bayi berat badan lahir rendah
  • Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
  • Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
  • Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
  • Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.

c. Terapi Definitif (Obat-obatan)
Pada infeksi saluran cerna pencegahan sangat penting. Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain. Hiegiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunitas melalui vaksinasi memegang peran. Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi :

1. Kolera elthor
Tetrasiklin 4x500 mg/hari selama 3 hari atau Kortimoksazol dosis awal 2x3 tablet, kemudian 2x2 tablet selama 6 hari atau Kloramfenikol 4x500 mg/hari selama 7 hari

2. E.Coli
Tidak memerlukan terapi

3. Salmonellosis
Ampisilin 4x1 g/hari atau Kortimoksazol 2x2 tablet masing-masing selama 10-14 hari atau gol.quinolone seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari

4. Candidiasis
Mycostatin 3x500.000 unit selama 10 hari


DAFTAR PUSTAKA


  1. Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi. Surabaya: RSUD Dr. Soetomo.
  2. Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
  3. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. Jakarta: EGC
  4. Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
  5. Suryanah, 2000. Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
  6. Doengoes, 2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. Jakarta: EGC.
  7. Hidayat, A.Aziz Alimul.2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
  8. Tietjen, Linda,dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta: YBP-SP
  9. Noer, Sjaifoellah.1996. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
  10. http://www.dinkeskabtangerang.go.id/index.php
  11. www.medem.com/medlib/article

Selengkapnya...

DIARE Bag 1

A. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. (Sjaifoellah. 1996)
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan kronis. Diare akut adalah diare yang awitannya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau hari, dapat sembuh kembali dalam waktu relatif singkat atau kurang dari 2 minggu. Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu. (Mansjoer.A.1999,501).

B. Penyebab
Menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:

1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).

b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua tahun.

2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein. Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.

3. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapt terjadi peningkatan peristaltic usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan.

4. Faktor psikologis
Dapat mempenh\garuhi terjadinya peristaltic usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan.

Agen infeksius penyebab diare ditularkan lewat jalan tinja/oral dengan berbagai cara yaitu:
  • Melalui makanan atau minuman air yang terkontaminasi
  • Dari seorang yang menangani barang terkontaminasi (umpamanya, dengan tinja) dan memasukkan tangannya kedalam mulut
  • Dari tangan yang terkontaminasi, dan
  • Dari alat yang terkontaminasi (umpamanya, gastroskop) yang masuk saluran gastrointestinal (GI).

Agen virus yang umum
  • Rotavirus menyebabkan muntah dan diare secara tiba-tiba dalam 48-72 jam (2-3 hari) sesudah paparan. Separuh dari kasus terjadi demam dan radang pernapasan bagian atas. Selain itu, virus dapat berada dalam sputum atau sekresi untuk beberapa hari. Ini yang diperhitungkan dalam penularan yang cepat dan peningkatan infeksi yang tinggi selama musim musim dingin. Gejala bisa hilang dalam beberapa hari, namun tinja masih mengandung virus sampai 2 minggu. Rotavirus merupakan penyebab diare pada anak dibawah 5 tahun. Karena sangat infeksius, apabila terjadi wabah di tempat perawatan bayi, hampir semua bayi terinfeksi. Seperti kolostrodium diffisil, virus ini dapat hidup dipermukaan benda mati dan menyebabkan endemik di rumah sakit.
  • Virus Norwalk dan virus-virus yang menyertainya menyebabkan diare akut, mual muntah, demam ringan, dan sakit perut selama 24 jam. Masa inkubasi singkat, hanya beberapa hari. Virus ini berhubungan dengan makanan (salad, sayur mentah, kerang-kerangan) dan kontaminasi melalui air, namun wabah nosokomial dapt terjadi yang membuktikan bahwa penularan orang ke orang juga terjadi. (Sarwono, 2004)
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.

b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.

2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

C. Tanda dan Gejala
  1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
  2. Gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
  3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
  4. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
  5. Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
  6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan kesadaran menurun.
  7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
Gambar 1. Tanda dan gejala dari penyakit diare


Selengkapnya...

14 Agustus 2009

PENGARUH METABOLIT OBAT TERHADAP FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK 2

PENGARUH METABOLIT OBAT Bag.1
Farmakokinetika dari metabolit

Metabolit obat tertentu mempunyai kekuatan sangat tinggi dalam karakteristik disposisi, farmakokinetik, toksikologi dan farmakodinamik daripada obat induknya. Informasi farmakokinetika dari obat induk dan metabolit aktif merupakan hal yang penting sebelum dilakukan uji praklinik dan uji klinik yang dicobakan ke manusia, dan merupakan factor kritis dalam suatu rancangan obat pada fase 1 sebelum memasuki fase 2.

Beberapa metabolit mempunyai potensi menarik dan khusus. Dalam suatu contoh kita melihat beberapa dari angiotensin mengubah enzim inhibitor dari obat induk yang tidak aktiv (pro-drug) menjadi metabolit aktiv. Beberapa metabolit mempunyai cara yang sulit dimengerti dalam aksi mekanisme farmakologi yang berbeda-beda. Jika eliminasi metabolit adalah tahapan batasan kecepatan laju (waktu paroh dari metabolit adalah panjang daripada obat induknya), metabolit akan terakumulasi dalam tubuh. Beberapa contoh dari fenomena obat-obatan dan metabolitnya, seperti diazepam dan desmethyldiazepam, procainamide dan N-acethylprocainamide.

First-pass hepatic metabolism mempunyai pengaruh yang signifikan/penting difarmakokinetika dan farmakodinamika dari obat induk dan metabolit aktif. Obat-obat dengan clearen hati yang tinggi akan menjaga sehingga konsentrasi plasma dari metabolit itu yang lebih tinggi dan lebih cepat daripada obat induk. Farmakodinamik berakhir tergantung dari aktivitas obat induk dan metabolit setiap ikatan protein dan aliran darah kehati.

Interaksi Farmakokinetik dan Farmakodinamik dari Metabolit Aktif

Informasi yang berharga mengenai efek dari metabolit aktif obat pada data farmakodinamik bisa didapatkan dari penggunaan link model dari farmakodinamik dan farmakokinetik. Hasil studi model farmakodinamik dari metabolit aktif yang dipublikasikan oleh Meredith et al, yaitu trimazosin. Trimazosin dimetabolisme di hati (liver) melalui hidroksilasi menjadi metabolit aktif utama. Pada trimazosin, efek farmakodinamik dari metabolit aktif dideterminasikan dengan kecepatan pembentukan dan bukan eliminasi.

Ada banyak asumsi yang dibuat ketika pengujian pada metabolit aktif memproduksi anticlockwise hysteresis. Salah satu dari asumsi tersebut merupakan efek yang diatur dari efek tambahan obat induk dan metabolit aktif. Kekuatan dari efek sinergik tidak dapat terlihat jelas. Selalu terdapat kemungkinan bahwa metabolit tidak mempunyai aksi pada tempat reseptor yang sama dengan obat induk.

Pada hasil studi yang dilakukan oleh Valeriola et al., aktivitas sitotoksik plasma untuk daunorubicin dan metabolit aktifnya daunorubicinol, lebih tinggi daripada efek tambahan yang diharapkan dapat diprediksi pada beberapa pasien yang menjalani treatmen myeloblastic leukemia akut.

Parasetamol
Derivat-asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak digunakan sebagai analgetikum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen). Khasiatnya adalah analgetik dan antipiretik, tetapi tidak anti radang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetiknya diperkuat oleh kofein dengan kira-kira 50% dan kodein (Tjay dan Rahardja, 2002).

Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat.
Prosentase Pengikatan pada protein-nya 25%, plasma t ½ -nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati, zat ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konjugat-glukuronida dan sulfat (Tjay dan Rahardja, 2002).

a) Efek samping
Jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrose hati yang reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan –SH). Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan –SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversible. Parasetamol dengan dosis diatas 20 g sudah berefek fatal. Over dosis bisa menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia. Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2002) Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu.

b) Farmakodinamik
Efek analgetik parasetamol serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasi parasetamol sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik (Ganiswara, 1995)

c) Farmakokinetik
Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1 sampai 3 jam (Ganiswara, 1995)

d) Interaksi
Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif. Kombinasi dengan obat penyakit AIDS zidovudin meningkatkan resiko neutropenia (Tjay dan Rahardja, 2002)

e) Dosis
Nyeri akut dan demam bisa diatasi dengan 325-500 mg empat kali sehari dan secara proposional dikurangi untuk anak-anak. Keadaan tunak (steady state) dicapai dalam sehari (Katzung, 1989). Untuk nyeri dan demam oral 2-3 sehari 0,5-1 g, maksimum 4 g / hari, pada penggunaan kronis maksimum 2,5 g/hari. Anak-anak 4-6 tiap hari 10 mg / kg, yakni rata-rata usia 3-1 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120-180 mg, 4-6 tahun 180 mg, 7-12 tahun 240-360 mg, 3-6 kali sehari. Rektal 20 mg / kg setiap kali, dewasa 4 tiap hari 0,5-1 g, anak-anak usia 3-12 bulan 2-3 dd 120 mg, 1-4 tahun 2-3 sehari 240 mg, 4-6 tahun 4 sehari 240 mg, dan 7-12 tahun 2-3 tiap hari 0,5 g (Tjay dan Rahardja, 2002).

DAFTAR PUSTAKA
  1. Mycek, Marry J., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widia Medika, Jakarta
  2. Shargel, Leon dkk, 2005, Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics fifth edition, America, the McGraw-Hill companies
  3. yosefw.wordpress.com/2008/03/26/pengaruh-metabolit-obat-terhadap-farmakokinetik-dan-farmakodinamik/ - 37k
  4. ilmufarmasi.co.cc/archives/20 -
  5. skripsi.blog.dada.net/.../PERBANDINGAN+STABILITAS+TABLET+PARASETAMOL+GENERIK+DENGAN+M... - 58k -


Selengkapnya...